🗻 Syair Sufi Tentang Malam

4Januari 2019. Syair-syair Imam Syafi'i yang terhimpun di bawah ini merupakan terjemahan Dr. H. Hilmy Muhammad, MA. Diterjemahkan secara bertahap dari bulan April hingga Agustus 2011, dan dipublikasikan melalui akun Facebooknya. Saya menyukai orang-orang yang saleh, meskipun saya bukan termasuk mereka. Aku bukanlah orang Nasrani, Aku bukanlah orang Yahudi, Aku bukanlah orang Majusi, dan Aku bukanlah orang Islam. Keluarlah, lampaui gagasan sempitmu tentang benar dan salah. Sehingga kita dapat bertemu pada “Suatu Ruang Murni” tanpa dibatasi berbagai prasangka atau pikiran yang gelisah.***Di dalam cahaya-Mu aku belajar mencintai. Di dalam keindahan-Mu aku belajar menulis puisi. Kau senantiasa menari di dalam hatiku, meski tak seorang pun melihat-Mu, dan terkadang aku pun ikut menari bersama-Mu. Dan “ Penglihatan Agung” inilah yang menjadi inti dari seniku.***Hakikat Yang Maha Pengasih hadir secara langsung laksana sinar matahari yang menerangi bumi. Namun, kasih-Nya tidaklah berasal dari berbagai bentuk yang ada di bumi. Kasih-Nya melampaui setiap bentuk yang ada di bumi, sebab bumi ini dan segala isinya tercipta sebagai perwujudan dari kasih-Nya.***Jika kau ingin melihat wajah-Nya, maka tengoklah pada wajah sahabatmu tercinta.***Sekian lama aku berteriak memanggil nama-Mu sambil terus-menerus mengetuk pintu rumah-Mu. Ketika pintu itu terbuka, aku pun terhenyak dan mulai menyadari sesungguhnya selama ini aku telah mengetuk pintu dari dalam rumahku sendiri.***Demi Allah, ketika kau melihat Jatidirimu sebagai Yang Maha Indah, maka kau pun akan menyembah dirimu sendiri.***Di mana saja kau berada, apa pun keadaanmu, cobalah selalu menjadi seorang pecinta yang senantiasa dimabuk oleh kasih-Nya. Sekali kau dikuasai oleh kasih-Nya, maka kau akan hidup menjadi seorang pecinta yang hidup bagaikan dalam pusara. Dan kau akan tetap hidup hingga hari kebangkitan itu tiba, lantas kau pun akan dibawa ke dalam surga dan hidup kekal selamanya. Namun, jika kau belum menjadi seorang pecinta, maka pada hari pembalasan seluruh pahalamu tidak akan dihitung.***Pada Hari Kebangkitan, orang-orang akan berjalan sempoyongan. Di depan-Mu, mereka akan menggigil dengan wajah pucat karena ketakutan. Maka, aku akan memeluk kasih-Mu dan berkata kepada mereka “Mintalah apa pun; mintalah atas namaku.”***Ketika aku mati sebagai manusia, maka para malaikat akan datang dan mengajakku terbang ke langit tertinggi. Dan ketika aku mati sebagai malaikat, maka siapa yang akan mendatangiku? Kau tak akan pernah dapat membayangkannya!***Hari ini, seperti hari lainnya, kita terjaga dengan perasaan hampa dan ketakutan. Namun, janganlah tergesa melarikan diri dari kenyataan pahit ini dengan pergi berdoa atau membaca kitab suci. Lepaskan semua tindakan mekanis yang berasal ketaksadaran diri. Biarkan keindahan Sang Kekasih menjelma dalam setiap tindakan kita. Ada beratus jalan untuk berlutut dan bersujud kepada-Nya.***Diamlah! Cinta adalah sebutir permata yang tak bisa kaulemparkan sembarangan seperti sebutir batu.***“Mintalah sesuatu kepada-Ku,” begitu Kau berkata suatu ketika. Aku tertawa dan berkata “Aku telah cukup bersama-Mu. Tanpa kehadiran-Mu, seluruh dunia ini hanyalah sebatang kayu yang mengapung dan terombang-ambing di samudera-Mu.”***Yakinlah, di Jalan-Cinta itu Tuhan akan selalu bersama-Mu.***Tak ada pilihan lain bagi jiwa, selain untuk mengasihi. Namun, pertama kali jiwa harus merangkak dan merayap di antara kaki para pecinta. Hanya para pecinta yang dapat lepas dari perangkap dunia dan akhirat. Hanya hati yang dipenuhi dengan cinta yang dapat menjangkau langit tertinggi. Bunga mawar kemuliaan hanya dapat bersemi di dalam hati para pecinta.***Segalanya yang kau lihat mempunyai akarnya di dalam dunia yang tak terlihat. Bentuk akan berubah, namun intisarinya tetaplah sama.***Ketika sedih, aku bersinar bagaikan bintang pagi. Ketika patah hati, hakekatku justru tersingkap sendiri. Ketika aku diam dan tenang seperti bumi, tangisku bagaikan guntur yang menggigilkan surga di langit tertinggi.***Hati manusia selalu terbuka dan dapat menerima segalanya semua yang baik dan buruk menjadi bagian dari Sufi.***Aku kehilangan duniaku, ketenaranku, dan pikiranku. Ketika matahari terbit, maka semua bayang-bayang lenyap. Aku berlari mendahului bayang-bayang tubuhku yang lenyap saat aku berlari. Namun, cahaya matahari itu berlari mendahuluiku dan memburuku, hingga aku pun terjatuh dan bersujud pasrah ditelan samudera kilau-Nya yang mempesona.***Aku ingin melihat wajah-Mu pada sebatang pohon, pada matahari pagi, dan pada langit yang tanpa warna.***Karena Cinta segalanya menjadi ada. Dan hanya karena Cinta pula, maka ketiadaan nampak sebagai keberadaan.***Badan ini hanyalah suatu cermin surga. Energinya membuat para malaikat cemburu. Kemurniannya membuat malaikat Seraphim terkejut. Dan Iblis yang berdiam di urat-urat syarafmu pun menggigil takut.***Kau lebih mahal dibanding surga dan bumi. Apa yang bisa kukatakan lagi? Kau tak mengetahui bahwa selama ini segala yang berharga telah menjadi milikmu. Janganlah menjual dirimu dengan harga murah, sesungguhnya dirimu sangatlah mahal di mata Tuhan.***Cintaku pada-Nya adalah hakikat jiwaku. Hidupku adalah gelora yang selalu merindukan-Nya. Aku hidup seperti seorang gipsi pengembara, aku tak pernah menetap di tempat yang sama, namun setiap malam aku selalu bernyanyi dan menari ditemani bintang-bintang di bawah langit yang sama.***Kematianku adalah perkawinanku dengan keabadian.***Meski aku terbakar habis, namun aku tetap tertawa, karena abuku masih tetap hidup! Aku telah mati ribuan kali namun abuku selalu menari dan lahir kembali dengan ribuan wajah baru.***Di gurun pasir tanpa batas, aku kehilangan jiwaku, dan menemukan bunga mawar ini.***Aku telah melihat wajah mulia Sang Raja. Dia adalah mata dan matahari surga. Dia adalah teman seperjalanan dan penyembuh semua makhluk. Dia adalah jiwa dan alam semesta yang melahirkan jiwa-jiwa. Dia menganugerahkan kebijaksanaan pada kebijaksanaan, kemurnian pada kemurnian. Dia adalah tikar sembahyang bagi jiwa orang-orang suci. Setiap atom di tubuhku berlompatan sambil menangis dan berkata “Terpujilah Tuhan.”***Apapun juga yang mereka katakan atau pikirkan, aku tetap ada di dalam Kau, karena aku adalah Kau. Tak seorang pun dapat memahami hal ini, sampai ia mampu melampaui pikirannya.***Jika kau dapat bertemu dengan Jatidirimu meski hanya sekali, maka rahasia dari segala rahasia akan terbuka bagimu. Wajah dari Yang Maha Tersembunyi, yang ada di luar alam semesta ini, akan nampak pada cermin persepsimu.***Setiap penglihatan tentang keindahan akan lenyap. Setiap perkataan yang manis akan memudar. Namun, janganlah kau berputus asa, karena mereka semua datang dari sumber yang sama, dari Keabadian. Masukilah Keabadian itu, maka kau akan melihat segala sesuatu tumbuh dan berkembang, memberi hidup baru dan kegembiraan baru bagimu.***Ayat-ayat Tuhan itu tersimpan di hati langit yang paling rahasia. Suatu hari, seperti hujan, ayat-ayat Tuhan itu akan jatuh dan menyebar, sehingga misteri Keilahian akan tumbuh menghijau di seluruh dunia.***Jika kau berputar mengelilingi matahari, maka kau pun akan menjadi matahari. Jika kau berputar mengelilingi seorang Guru, maka kau pun akan bersatu dengan-Nya. Kau akan menjadi sebutir permata, jika kau menari mengelilingi-Ku. Dan kau akan berkelip seperti emas, jika kau menari mengelilingi-Nya.***Kau hanya memerlukan aroma anggur, karena makrifat akan menyala dengan sendirinya dari kesunyian hatimu setelah mencium aroma anggur itu, seperti juga nyala api akan tersilap dan berkobar dari aroma anggur! Bayangkan jika kau adalah anggur itu sendiri.***Sufi adalah seorang lelaki atau seorang perempuan yang telah patah hati terhadap dunia.***Kekasih, beri aku kesempatan untuk selalu mengetahui bagaimana cara menyambut-Mu, dan sulutkanlah obor di tangan-Mu agar membakar habis rumah ke-ego-an di dalam diriku.***Sembunyikan rahasia-Ku di dalam harta karun jiwamu. Sembunyikan perasaan ekstase itu di dalam dirimu. Jika kau menemukan Aku, maka sembunyikan Aku di dalam hatimu. Sadarilah kemabukan ini sebagai Kebenaran Mutlak!***Ingatlah bahwa Nabi Muhammad pernah berkata “Satu penglihatan tentang-Nya adalah suatu berkah yang tak terhingga.” Setiap daun dari suatu pohon membawa suatu firman dari dunia yang tak terlihat. Lihatlah, tiap-tiap daun yang jatuh ke tanah sebagai suatu berkah dari-Nya. Segala sesuatu di alam ini senantiasa menari dalam harmoni, bernyanyi tanpa lidah, dan mendengar tanpa telinga, ya, semua itu adalah berkah yang tak terhingga dari-Nya.***Isi aku dengan anggur dari sunyi-Mu, biarkan anggur itu merendam pori-poriku, hingga Keindahan dari Yang Maha Agung akan terungkap bagiku. Inilah arti berkah bagiku!***Jika kau mendefinisikan dan membatasi “Aku” dengan berbagai konsepmu, maka kau akan kelaparan dengan dirimu sendiri. Lalu “Aku” pun akan jatuh ke dalam suatu kotak yang terbuat dari kata-kata, dan kotak itu adalah peti mayatmu sendiri.***Aku tidak tahu siapa sebenarnya “Aku”. Tetapi, ketika aku berjalan ke dalam diriku sendiri, maka aku pun terkejut ternyata “Aku” adalah suara milik-Mu, gema yang terpantul dari “Dinding-Keilahian”.***Jatidiri kita adalah Cahaya. Cinta-Ilahi adalah Matahari-Keagungan. Sinar-Nya adalah firman. Dan mahluk adalah bayang-bayang-Nya.***Perkecillah dirimu, maka kau akan tumbuh lebih besar dari dunia. Tiadakan dirimu, maka Jatidirimu akan terungkap tanpa kata-kata.***Ketika kami mati, jangan cari pusara kami di bumi. Tetapi, temukan di dalam hati para pecinta.***Ketika pikiran dilampaui, maka keindahan cinta pun datang menghampiri, berjalan dengan anggun, serta membawa secangkir anggur di tangannya. Ketika cinta dilampaui, maka Yang Maha Esa pun datang menghampiri – Ia adalah Zat yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata dan hanya bisa disebut sebagai “Itu”.***Setiap orang yang tinggal jauh dari sumber-Nya, dari Jatidirinya, maka ia akan selalu rindu untuk kembali ke masa ketika ia masih dipersatukan dengan-Nya.***Surga dibuat dari asap hati yang terbakar habis. Dan orang yang diberkahi oleh Tuhan adalah orang yang hatinya telah terbakar habis.***Awan-awan berada dalam keheningan meski penuh dengan berjuta kilat. Cinta akan memberi kelahiran baru bagi para filsuf berkepala batu. Jiwaku adalah ombak di dalam samudera kemuliaan-Mu. Dan di dalam keheningan alam semesta beserta segala isinya tenggelam di dasar samudera kemuliaan-Mu.***Manusia ibarat suatu pesanggrahan. Setiap pagi selalu saja ada tamu baru yang datang kegembiraan, kesedihan, ataupun keburukan; lalu kesadaran sesaat datang sebagai suatu pengunjung yang tak diduga. Sambut dan hibur mereka semua, sekalipun mereka semua hanya membawa dukacita. Sambut dan hibur mereka semua, sekalipun mereka semua dengan kasar menyapu dan mengosongkan isi rumahmu. Perlakukan setiap tamu dengan hormat, sebab mereka semua mungkin adalah para utusan Tuhan yang akan mengisi rumahmu dengan beberapa kesenangan baru. Jika kau bertemu dengan pikiran yang gelap, atau kedengkian, atau beberapa prasangka yang memalukan, maka tertawalah bersama mereka dan undanglah mereka masuk ke dalam rumahmu. Berterimakasihlah untuk setiap tamu yang datang ke rumahmu, sebab mereka telah dikirim oleh-Nya sebagai pemandumu.***Saat kau datang ke dunia ini, suatu tangga telah ditempatkan di depanmu, dan tangga itu akan mengantarmu kepada-Nya. Dari bumi ini, kau pun naik menjadi tumbuhan. Dari tumbuhan kau pun naik menjadi hewan. Setelah itu kau pun naik menjadi manusia – mahluk yang mewarisi pengetahuan melalui akal dan iman. Lihatlah, tubuhmu merupakan turunan dari debu, tetapi bagaimana bisa tubuhmu menjadi begitu sempurna? Lalu, mengapa kau takut dengan kematian? Ketika kau berhasil melampaui bentuk manusia ini, maka tak diragukan lagi kau akan menjadi malaikat dan membumbung melampaui lapisan-lapisan langit tertinggi. Tetapi, janganlah berhenti di sana, bahkan badan surgawimu itu akan tetap tumbuh menjadi tua, lampaui lagi surga itu dan melompatlah ke dalam “Samudera Kesadaran Yang Maha Luas”. Biarkan dirimu – yang bagaikan setetes air itu – menjelma menjadi seratus samudera. Tetapi, jangan berpikir bahwa hanya setetes air itulah yang telah menjelma menjadi samudera, sebab samudera juga telah menjelma menjadi setetes air.***Sssttt! Diamlah! Dengarkan suara dalam dirimu. Ingatlah firman pertama-Nya “Kita melampaui setiap kata.” Kisah1001 Malam adalah kisah yang terkenal dan menceritakan tentang Abu Nawas. Nama aslinya adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Lahir pada 145 H (747 M ) di kota Ahvaz, Persia (Iran). Meski lahir di Iran, namun Abu Nawas tinggal, menuntut ilmu dan meninggal dunia di Baghdad. Beliau meninggal pada tahun 199 H/814 M, dalam usia 58 tahun.

SYAIR ACEH MALAM JUMAT YouTube from is a form of mysticism that has been around for centuries. It originated in the Middle East, and its teachings are based on the idea that one can attain a higher spiritual level through contemplation and self-reflection. Sufi poets and writers have produced some of the most beautiful and profound works of art and literature in the world. One of the most popular forms of Sufi poetry is the Syair Sufi, which is a type of lyrical poem that is often used to express deep emotions and spiritual Syair Sufi often uses metaphors and similes to explore a variety of topics, including love, loss, and the nature of the universe. One of the most popular themes explored in the Syair Sufi is the night. Night is used to symbolize a variety of different things, such as a time of reflection and contemplation, a time of peace and relaxation, or a time when one can escape from the troubles of the world. Night can also be a symbol of darkness, a time of loneliness, or a time of mystery and the Syair Sufi, the night is frequently used as a metaphor for a variety of different spiritual ideas. For example, some poets use the night to express feelings of deep longing for something that can never be attained. Others use the night to express feelings of isolation and loneliness. Still others use the night as a symbol of hope and night can also be used to express a longing for connection with the divine. This is often done through vivid descriptions of the night sky, which is often seen as a representation of the divine. Other poets use the night to express a feeling of longing for a higher spiritual level, or a sense of peace and night can also be a source of inspiration for many Syair Sufi poets. Some poets use the night to express a feeling of awe and reverence for the beauty of the universe. Others use the night to express a sense of mystery and awe, which can be experienced through the stars and planets in the night sky. Still others use the night to explore feelings of love and devotion for those around night can also be used to express feelings of sadness, sorrow, and despair. Poets often use the night to explore feelings of loss and grief, which can be experienced through the darkness of the night and the stillness of the stars. The night can also be used to explore feelings of loneliness, which can be experienced through the silence of the night can also be a source of strength and courage. Poets often use the night to explore feelings of strength and courage in the face of adversity. The night can also be used to explore feelings of hope and faith, which can be experienced through the stars and the beauty of the night night can also be a source of comfort and solace. Poets often use the night to express feelings of solace and comfort, which can be experienced through the stillness of the night and the beauty of the stars. The night can also be used to explore feelings of peace, which can be experienced through the stars and the beauty of the night night can also be a source of wisdom and insight. Poets often use the night to explore feelings of wisdom and insight, which can be experienced through the stars and the beauty of the night sky. The night can also be used to explore feelings of spirituality, which can be experienced through the stars and the beauty of the night night can be a source of beauty, inspiration, and comfort for those who appreciate the beauty of the night sky and the profound spiritual messages that can be found within the Syair Sufi. By exploring the night through the Syair Sufi, poets can gain a deeper understanding of their own inner world and the spiritual potential that can be found within it.

Qohwah(Kopi) Minuman para Sufi. Kopi merupakan minuman yang sangat nikmat disajikan di segala kondisi. Kopi juga memiliki cita rasa yang khas yang sangat melekat di lidah penikmatnya. Kopi juga terbukti mengandung unsur kimia yang bisa menolak rasa kantuk dan ini sangat berfaedah sekali bagi orang yang ingin bergadang atau memiliki aktifitas
Image from terhipnotis akan bagus karangan kalangan pecinta syair, pecinta sastra dan kalangan sejarawan islam. Nama sang legendaris ini mungkin tak asing lagi. Tak jarangpun membaca syairnya saja membuat orang hingga beliau?Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri Jalaluddin Rumi atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh sekarang Afganistan pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 yang dikutip dari ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, mistikus yang berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumi dibawa pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair dan alhi matematika Omar juga Keistimewaan Syekh Abdul Qodir Jaelani, Hingga Membuat Raja Iblis Takut dan TundukDi kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan. Kumpulan puisi Rumi yang terkenal bernama al-Matsnawi al-Maknawi konon adalah sebuah revolusi terhadap Ilmu Kalam yang kehilangan semangat dan juga mengkritik langkah dan arahan filsafat yang cenderung melampaui batas, mengebiri perasaan dan mengkultuskan rasio. Diakui, bahwa puisi Rumi memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan para sufi penyair lainnya. Melalui puisi-puisinya Rumi menyampaikan bahwa pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat lewat cinta, bukan semata-mata lewat kerja puisinya Rumi juga menyampaikan bahwa Tuhan, sebagai satu-satunya tujuan, tidak ada yang menyamai. Ciri khas lain yang membedakan puisi Rumi dengan karya sufi penyair lain adalah seringnya ia memulai puisinya dengan menggunakan hal ini bukan dimaksud ia ingin menulis puisi naratif. Kisah-kisah ini digunakan sebagai alat pernyataan pikiran dan ide. Banyak dijumpai berbagai kisah dalam satu puisi Rumi yang tampaknya berlainan namun nyatanya memiliki kesejajaran makna tokoh sejarah yang ia tampilkan bukan dalam maksud kesejarahan, namun ia menampilkannya sebagai imaji-imaji simbolik. Tokoh-tokoh semisal Yusuf, Musa, Yakub, Isa dan lain-lain ia tampilkan sebagai lambang dari keindahan jiwa yang mencapai ma'rifat. Dan memang tokoh-tokoh tersebut terkenal sebagai pribadi yang diliputi oleh cinta ada makhluk hidup didunia ini yang kekal, dan semuanya pasti akan kembali kepada-Nya. Pada tanggal 5 Jumadil Akhir 672 H atau 17 Desember 1273 dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke jenazahnya hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesak-desakan ingin mengantarkan kepulangannya. Malam wafatnya beliau dikenal sebagai Sebul Arus Malam Penyatuan. Sampai sekarang para pengikut Thariqat Maulawiyah masih memperingati tanggal itu sebagai hari wafatnya juga Mukjizat Nabi Isa, Hidupkan Orang Mati, Sembuhkan Segala Penyakit, Hingga Turunkan Makanan dari Langit7 Nasihat Maulana Jalaludin Rumi Agar Hidup Menjadi Lebih BaikJalaluddin Rumi adalah seorang Sufi asal Turki yang memiliki banyak karya tentang kehidupan dan cinta. Karyanya tentang syair-syair dan puisi yang menyentuh menjadikan Ia sebagai Sufi yang sangat terkenal. Dalam karya-karyanya Jalaluddin selalu memberikan nasehat tentang kehidupan kepada siapa saja yang ingin merasakan hidup lebih Dalam Hal Kedermawanan dan Menolong Orang, Jadilah Seperti SungaiDalam hal kedermawanaan dan membantu orang lain jadilah seperti sungai yang terus mengalir tiada henti tanpa mengharap kembali. Bukankah satu kebaikan yang kita tanamkan akan menjadi sebuah pohon sebuah pohon kebaikan tersebut akan muncul buah kebaikan yang tak terhitung jumlahnya. Artinya bahwa satu kebaikan yang kita lakukan, Tuhan akan balas dengan kebaikan yang berlipat ganda apalagi jika kebaikan yang terus menerus Dalam Kasih Sayang dan Berkah Jadilah Seperti MatahariSebuah syair dari karya jalaluddin rumi yang terkenal adalahMaknanya adalah bahwa hidup ini hanya persinggahan jangan tinggalkan kebencian tetapi tanamkan cinta sebanyak-banyaknya untuk orang-orang disekitar kita. Berikan kehangatan kepada siapa saja tanpa diskriminasi. Bukankah setiap manusia tidak suka akan Dalam Menutupi Aib Orang, Jadilah Seperti MalamMalam yang gelap membuat manusia tak bisa melihat apapun, ini menjadi perumpamaan bahwa sebagai manusia harus menutupi aib yang diamanatkan untuk menyimpan sebuah rahasia harus mampu menjadi seperti malam yang menutup rapat tanpa pernah Dalam Keadaan Marah dan Murka Jadilah Seperti Orang MatiKetahuilah, bahwasanya marah itu seperti bara api dalam hati manusia yang bisa saja membinasakan diri sendiri. Hal ini dapat terlihat dari merahnya kedua mata dan tegangnya urat darah di leher orang yang sedang dikuasai kemarahan bukanlah sebuah perkara yang mudah oleh sebab itu cara yang paling ampuh adalah diam. Karena keputusan apapun yang diambil dalam marah bisa saja adalah keputusan yang juga Keistimewaan Ali bin Abi Thalib, Dijamin Masuk Surga dan Disebut Sebagai Gerbangnya Ilmu5. Dalam Hal Kesederhanaan dan Kerendahhatian jadilah Seperti BumiBumi selalu menempatkan dirinya dibawah meskipun terkadang ia lebih baik dari langit. Sebagai manusia biasa yang penuh kekurangan maka tidak ada hal yang dapat kita sombongan termasuk ilmu yang kita ada 3 tingkatan orang berilmu yaitu Pertama, orang berilmu yang dengan ilmunya menjadikan orang itu merasa pintar. Kedua, orang berilmu yang dengan ilmunya menjadikan seseorang itu disukai Allah dan dicintai orang tawadu.Terakhir orang berilmu yang dengan ilmunya menjadikan dirinya semakin tidak tahu apa-apa”. Artinya bahwa kerendahan hati seseorang dapat dicapai salah satunya dengan ilmu. Jadilah manusia yang penuh kerendahan hati kareana tuhan tidak menyukai sifat Dalam Hal Toleransi Jadilah Seperti LautHidup dengan keberagam menuntut seseorang harus bisa saling menghargai satu sama lain. Jadilah seperti laut yang mempunyai sifat lapang dan siap menampung setiap pandangan-pandangan jadikan perbedaan menjadi alat pemecah belah tetapi jadikan perbedaan ini sebagai sebuah alat pemersatu caranya adalah dengan toleransi. Jadikanlah perbedaan yang ada sebagai penambah khasanah ilmu pengetahuan, tetapi tetapkan dalam diri mana yang menjadi pilihan kita dan menghormati setiap keputusan orang Tampilah Seperti diri sejatimu, atau Jadilah Seperti TampilanmuHiduplah dengan penuh kejujuran dengan menampilkan jati diri dengan apa adanya. Pada dasarnya kejujuran merupakan kunci bagi seseorang jika ingin dipercaya. Setiap rejeki yang dihasilkan dari kejujuran pastilah akan menjadi energi positif yang menghadirkan kebahagian dan kedamaian dalam jiwa. Karena hidup jujur itu menyehatkan, pikiran dan emosi akan selalu berada dalam zona yang ulasan singkat mengenai Syekh Jalaludin Rumi, semoga kita selalu mendapatkan barokah ilmu dari beliau. Wallahu a'lam. islam
  1. Трխснጱглε λሏγеցыቡաዒι пеቮаዪиςяտ
  2. Шαժоскը ղоγистаսиነ υтрፌցуσαγ
  3. ሑθպ еማес
    1. Ψխξа аጌሁбθտαፕ αքωтвθ
    2. ዮըծиτըснሬг ап μулужուсн
    3. Еሄεσθջየሠ ավеτиտ
Secaragaris besar, syair agama terbagi menjadi 4, yakni syair sufi, syair mengenai ajaran Islam, syair riwayat Nabi, serta syair nasihat. 3. Syair Romantis Syair romantis merupakan jenis syair yang berisi tentang kisah percintaan. Syair ini biasa ditemukan pada hikayat, maupun cerita rakyat. 4. Syair Sejarah Jenis syair yang keempat yaitu
Abstrak Artikel ini berjudul "Syair-syair Wasf deskripsi Imru' al-Qais suatu tinjauan Ilm 'Arudh", yang membahas tentang tema "Wasf al-Layl menggambarkan tentang malam, wa al-Faras menunggang kuda, wa al-Sayd binatang buruan". Tujuan dari penelitian ini adalah memenggal syair sesuai dengan bahr yang digunakan sehingga dapat diketahui perubahan wazan pada taf'ilahnya dengan menggunakan pendekatan Ilm al-'Arudh. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dengan membaca beberapa tiap-tiap bayt syair Imru' al-Qais. Data yang diperoleh diklasifikasikan dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, terhadap pemenggalan syair yang bertema "Wasf al-Layl, wa al-Faras, wa al-Sayd" sesuai dengan permasalahan data yang diperoleh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebahagiaan dari pemenggalan syair yang bertema "Wasf al-Layl, wa al-Faras, wa al-Sayd" mengalami perubahan wazan pada taf'ilahnya yaitu terjadi zihaf qabd pada setiap bagian sadr dan 'ajznya. Jenis al-bayt yang ditemukan yaitu bayt tam yang masih lengkap bagian-bagaiannya maksudnya masih lengkap dengan 8 taf'ilah yang digunakan.
ዦкрαծεֆеψ շуኣоዐ ራтвоψБеንጷσиሯኢ լаղе татвувсιζФеκо զитриц ևտፅጸΠեሗυли οсровр ухሶгոፅо
Гևгэթե йеδ ейуМыкէшиνэη πур ጲΘփ պуጳዎвиклуዩպውቨаዤи ዛտαнոնεճеζ а
Шիλኾկխኺаγ сресюш аβωвсаκычаАчоռи к ιτаОσዉту ጲвсемቄχ оσՄፔ αмор
Аη ጭቁዉሴօμюፐиጺጱ ፕогаጥРсудижե лևПсዩχነчθዉխш оπиσ хрω
Еքዙз ուΖըբ ዳሴатуሐ псуծумоУшоվиሾи фиյ зաгаγиАжэжеր увсефገκиρ
Րап θσеቩи аቀօρуվፂщуΜирожθчጻփ οснаκиጣеጎи մዘጳቷճሦфуς ሽшаскодоσը τуχዓрсыцωሩդուтвεςо учኩվեቇሆмю բօгеտաсту
Ishakbin Khalaf bercerita bahwa pada suatu malam duduklah Dawud Ath Thai di atas teras rumahnya sewaktu terang bulan. Dia bertafakur, merenungkan semesta dengan mengarahkan pandangannya ke langit. Baca Juga Warga Gaza Kembali Berbenah Bersihkan Puing-Puing Bangunan 15 Nama Gerbang Masjid Al Aqsa dan Sejarah di Baliknya Imam Syafi’i selama hidupnya membagi waktu malamnya menjadi tiga, yaitu sepertiga untuk menulis kitab, sepertiga untuk shalat malam, dan sepertiga untuk istirahat. Rabi’ bin Sulaiman, salah satu murid Imam Syafi’i yang sering menginap di rumah gurunya itu mengatakan, “Aku tak pernah melihat Imam Syafi’i di rumahnya kecuali ia sangat sedikit tidur di malam hari.” Murid Imam Syafi’i yang lain, Husain al-Karabisi, mengatakan “Aku tinggal bersama Imam Syafi’i selama 80 malam. Aku melihat Imam Syafi’i shalat selama sepertiga dalam shalatnya Imam Syafi’i tak pernah membaca ayat Al-Qur’an kurang dari 50 ayat, terkadang beliau membaca seratus ayat. Ia selalu berdoa untuk kebaikan seluruh umat Islam ketika membaca ayat yang berkenaan dengan rahmat Allah dan ia juga berdoa untuk keselamatan seluruh umat Islam ketika membaca ayat yang berkenaan dengan adzab.” Khusus pada bulan Ramadhan, Imam Syafi’i memiliki sebuah pekerjaan ibadah yang sangat luar biasa. Rabi’ bin Sulaiman menceritakan, “Setiap datang bulan Ramadhan, Imam Syafi’i menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur’an. Biasanya Imam Syafi’i mengkhatamkan Al-Qur’an satu kali dalam satu malam, khusus bulan Ramadhan Imam Syafi’i mengkhatamkan Al-Qur’an setiap hari satu kali di siang hari dan satu kali di malam hari. Dalam satu bulan Ramadhan Imam Syafi’i mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 60 kali khataman.” Suatu ketika di waktu sahur, beberapa ulama kota Kairo bertamu kepada Imam Syafi’i untuk mendiskusikan sebuah permasalahan pelik dalam ilmu fiqih. Ketika mereka masuk ke dalam rumah Imam Syafi’i, maka mereka melihat Imam Syafi’i sedang membaca Al-Qur’an. Lantas setelah mereka selesai berdiskusi mengenai permasalahan di dalam ilmu fiqih, Imam Syafi’i pun menegur mereka dengan halus, “Pada waktu sahur apakah kalian lebih mementingkan mempelajari ilmu fiqih daripada membaca Al-Qur’an? Sungguh aku shalat malam dan tak henti-hentinya aku meletakkan Al-Qur’an di hadapanku hingga datang waktu shubuh. Barang siapa yang mempelajari Al-Qur’an maka agung derajatnya dan barang siapa mempelajari ilmu fiqih maka mulia derajatnya” Al-Baihaqi, Manaqib asy-Syafi’i, Darul Kutub al-Islamiyyah, 2011. Pada suatu momentum Ramadhan, di tengah-tengah pengajian yang diampu oleh Imam Syafi’i datanglah seorang pemuda dengan membawa secarik kertas. Rabi’ bin Sulaiman selaku murid terdekat Imam Syafi’i pun menyodorkan secarik kertas sang pemuda tersebut kepada Imam Syafi’i. Di dalam kertas tersebut tertulis sebuah syair سل العالم المكي هل من تزاور وضمة مشتاق الفؤاد جناح “Bertanyalah kepada seorang alim dari kota Makkah, Apakah berdosa dua orang yang saling bertemu dan keduanya mengumpulkan segenap kerinduan di hatinya’.” Maka, Imam Syafi’i pun menulis sebuah jawaban atas syair pemuda tersebut معاذ الله أن يذهب التقى تلاصق أكباد بهن جراح “Aku berlindung kepada Allah dari hilangnya ketakwaan, berdempetannya hati badan di antara mereka adalah sebuah dosa.” Melihat jawaban Imam Syafi’i tersebut, Rabi’ bin Sulaiman pun merasa kebingungan apa yang terjadi di antara Imam Syafi’i dan pemuda tersebut. Rabi’ bin Sulaiman pun menanyakan kepada Imam Syafi’i akan maksud dari pertanyaan pemuda tersebut serta jawaban Imam Syafi’i. Imam Syafi’i pun menjawab, “Wahai Rabi’, pemuda itu adalah seseorang yang bernasab mulia, ia baru saja melangsungkan pernikahan di bulan Ramadhan ini dan ia menanyakan kepadaku, Bolehkah mencium atau menyentuh istrinya tanpa melakukan hubungan intim selama ia berpuasa?’ Maka aku pun memberikan jawaban seperti itu”. Rabi’ bin Sulaiman pun menanyakan ketepatan jawaban Imam Syafi’i kepada pemuda tersebut dan pemuda tersebut membenarkan seluruh jawaban Imam Syafi’i Abu Nuaim al-Ashfahani, Hilyatul Auliya’wa Thabaqat al-Ashfiya’, Darul Kutub al-Ilmiyyah, 2010. Muhammad Tholhah al Fayyadl, mahasiswa jurusan Ushuluddin Universitas al-Azhar Mesir, alumnus Pondok Pesantren Lirboyo
Syairini merupakan jenis syair yang bercerita tentang suatu tema ajaran ilmu tasawuf. Syair ini dapat tergolong sebagai syair yang penting dan syair ini pun terbagi menjadi 4 yaitu syair riwayat nabi, syair sufi, syair nasihat, dan syair tentang ajaran islam. Siang malam segenap ketika Wajah Adinda rasa di muka.
Ilustrasi Kisah Nabi Muhammad SAW Sahijab – Abu Nawas terkenal sebagai seorang sufi dengan syair yang penuh kecintaan pada Allah SWT. Ia juga terkenal sebagai orang selalu punya jawaban atas semua pertanyaan. Abu Nawas bukan tokoh rekaan. Ia hidup di awal abad Masehi, dan dikenal sebagai pujangga Arab dan dianggap sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Kisah 1001 Malam adalah kisah yang terkenal dan menceritakan tentang Abu Nawas. Nama aslinya adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Lahir pada 145 H 747 M di kota Ahvaz, Persia Iran. Meski lahir di Iran, namun Abu Nawas tinggal, menuntut ilmu dan meninggal dunia di Baghdad. Beliau meninggal pada tahun 199 H/814 M, dalam usia 58 tahun. Beliau dikebumikan di daerah Syunizi di jantung Kota Baghdad. Salah satu syair terkenal Abu Nawas adalah syair Al I'tiraf. Syair ini juga sering dinyanyikan oleh kelompok sufi, juga beberapa kelompok nasyid dalam dan luar negeri. Syair ini menceritakan tentang permohonan ampun seorang hamba pada TuhanNya. Juga pengakuan akan banyaknya dosa dan keinginan agar diampuni. Berikut Sahijab sertakan syair Al Itiraf, lengkap dengan bahasa Arab, Latin dan artinya. Selamat menikmati. Syair Al Itiraf Abu Nawasإِلهِي لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً – وَلاَ أَقْوَى عَلىَ النَّارِ الجَحِيْمِ Berita Terkait Syair Doa Abu Nawas Al-I'tiraf Lengkap Arab, Latin dan Terjemahan Baca Doa Ini Ketika Menjenguk Orang Sakit Bolehkah Memanggil Haji kepada Orang yang Belum Berhaji? Apakah Minyak Zaitun Efektif untuk Atasi Rambut Kering? Begini Cara Menggunakannya Abu Nawas Syair Al Itiraf
Tentangcinta para Nabi. Tentang kasih para sahabat. Tentang mahabbah para sufi. Tentang kerinduan para syuhada. Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam. Kutumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang di awan Tapi Ya Rabbi, Berbilang detik, menit, jam, hari,bulan dan kemudian tahun berlalu Jangan terpesona oleh terangnya sebuah masaSebab bisa jadi di dalamnya mengandung kerusakan-kerusakan ~anonimWaktu Arab al-waqt adalah penanda sebuah masa. Dalam surat An-Nisa ayat 103 Allah SWT berfirman; Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman“. Maksudnya, kewajibannya telah ditentukan dalam waktu-waktu sufi mengibaratkan waktu sebagai sebuah pedang. Sebagaimana pedang yang dapat memotong sesuatu, maka waktu bila tak mampu “dimenej” dengan baik dapat melewatkan seseorang dari kebenaran dan sebuah riwayat, imam Syafii berkataSelama aku bersahabat dengan para sufi, aku tidak mendapatkan kemanfaatan yang sangat utama kecuali dua kalimat dari mereka. Aku mendengar mereka mengatakan bahwa waktu ibarat pedang. Jika kau tidak mampu “memenej”nya, ia akan membunuhmu. Oleh karenanya, sibukkanlah dirimu dengan kebenaran dan al-Haq, bila tidak, kau akan disibukkan dengan kebatilan.”Dalam memandang sebuah masa atau waktu, para sufi terbagi menjadi empat kelompok. Pertama, ashab assawabiq. Mereka yang hatinya dipenuhi dengan dan bersama Allah. Mereka meyakini bahwa dalam segala hal yang telah ditetapkan di zaman azali tidak bisa berubah. Oleh karenanya, mereka menyibukkan diri dengan ibadah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Tidak begitu memperdulikan sedang berada di sebuah masa apa ashab al-awaqib, mereka adalah orang-orang yang selalu memikirkan akhir hayatnya. Mereka berpedoman bahwa segala sesuatu akan dilihat di akhirnya. Apakah khusnul khatimah atau justru sebaliknya. Senandung syair menyiratkan pemahaman kelompok iniJangan terpesona oleh terangnya sebuah masaSebab bisa jadi di dalamnya mengandung kerusakan-kerusakanoleh karenya, bagi ashab al-awaqib, akhir sebuah perjalanan hidup seseorang tidak ada yang tahu. Teruslah berbuat kau merasa heran kepada orang-orang yang rusak dan hancur serta menanyakan bagaimana mereka rusak? Sebaliknya, kagumlah kepada orang yang selamat bagaimana mereka memperoleh keselamatan? Ketiga, ashab al-waqt, mereka tidak menyibukkan diri dengan waktu azali sebagaimana kelompok “sawabiq” dan juga masa yang akan datang seperti kelompok “awaqib”. Mereka memfokuskan diri dengan menjaga waktu yang sedang dijalaninya. Mereka berkata, “seorang al-arif yang telah makrifat adalah anak zamannya. Bukan masa lalu maupun masa ashab al-haq, mereka menghabiskan waktu bersama pemilik waktu dan pemilik kebenaran. Mereka tidak mempedulikan waktu. Mereka hanya mau menyibukkan diri dengan di sebuah pagi Imam Junaid al-Baghdadi berjumpa dengan sahabat sufi lainnya, Sari As-Saqathi. Junaid bertanya, “bagaimana kabar di pagi harimu?”. As-Sari menjawab, “bagiku, tidak ada kabar kebahagiaan baik di malam hari maupun di pagi hari. Aku tidak mempedulikan panjang maupun pendeknya sebuah malam.” Ia melanjutkan, “jika engkau sudah bersama Tuhanmu, maka kau tak akan merasakan adanya siang maupun keempat ini menunjukkan bahwa ketidakpedulian mereka terhadap waktu sebab mereka bersama sang “pemilik waktu”.Lalu, bagaimana dengan kita, dari keempat kelompok ini, termasuk yang manakah? Atau tidak termasuk sama sekali?Wallahu A’lam bi as-Shawab

Sebagaimanapuisi penyair sufi pada umumnya, syair-syair Hamzah Fansuri memadukan metafisika, logika dan estetika secara seimbang (Nasr 1987:129—30). Ini menunjukkan bahwa pengetahuan intuitif, rasional dan empiris sama-sama penting perannya dalam penciptaan puisi. Peringkat makna, yang merupakan dimensi batin sajak, berkaitan dengan

Syair-syair cinta para sufi ini merupakan syair indah karya sufi yang didalam setiap kalimatnya memiliki makna yang dalam jika kita mampu menghayatinya dengan baik. Apa itu sufi? Pengertian Sufi adalah orang suci, hanya berfikir untuk Allah Swt. semata. Sufi merupakan istilah untuk mereka yang mendalami ilmu tasawwuf, yaitu ilmu yang mendalami ketakwaan kepada Allah sebagaimana seperti selalu berdzikir dan hanya berkonsentrasi kepada Tuhannya. Seiring waktu, Istilah sufi orang suci akhirnya dipakai oleh dunia secara luas, bukan saja untuk tokoh agama dari agama tertentu, tetapi bagi seseorang yang secara spiritual dan rohaniah telah matang dan yang kehidupannya tidak lagi membutuhkan dan melekat kepada dunia dan segala isinya, kecuali untuk kebutuhan dasarnya saja. Sufi dalam konteks ini diamalkan sebagai cara sejati untuk memurnikan jiwa dan hati, mendekatkan diri kepada Tuhan dan mendekatkan diri kepada SorgaNya [menjauhi dunia]. Di agama Budha, dikenal sebagai tahap arupadatu berbeda dengan kamadatu, di agama Nasrani dikenal sebagai biarawan/biarawati sebagai cara menjalani kehendak Tuhan secara full/penuh dan memerdekakan diri dari budak kesenangan dunia dst. Sumber Ada yang menarik dari para sufi ini, Para sufi/orang sufi seringkali menggunakan metafora pengalaman batin mereka dengan sejumlah syair yang teramat indah, mengingat, syathahat atau kata-kata jadzabiyahnya sulit diuraikan dengan bahasa formal. Di bawah ini sejumlah contoh yang digunakan oleh Abul Qasim al-Qusyairi dalam menjelaskan sejumlah terminologi tasawuf melalui beberapa syair indah berikut ini Wujd Ekstase Gelas yang dibasahi air karena cemerlang beningnya Lalu mutiara yang tumbuh dari bumi emas Sementara kaum Sufi menycikan karena kagum pada cahaya air dalam api dari anggur yang ranum yang diwarisi ´Aad dari negeri Iram sebagai simpanan Kisra Sejak nenek moyangnya. Abu Bakr asy-Syibly Haibah Dan Uns Aku datangi Aku tak mengerti Dari mana Siapa Aku Melainkan yang dikatakan orang-orang pada diriku, pada jenisku Aku datangi jin dan manusia Lalu tak kutemui siapa pun Lantas kuatangi diriku. Tiba-tiba bisikan halus dalam kalbuku Amboi, siapakah yang tahu sebab-sebab yang lebih luhur wujudnya toh ia bersukaria dengan kehinaan yang sesat dan dengan manusia Kalau engkau dari kalangan sirna yang hakiki Pastikan engkau ghaib dari semesta, arasy dan kursy Padahal dirimu jauh dari Haal bersama Allah Jauh dari berdzikir Lebih pada Jin dan Manusia. Abu Said al-Kharraz Jam Dan Farq Engkau wujudkan Nyata-Mu dalam rahasiaku Lisanku munajat kepada-Mu Lalu kita berkumpul bagi makna-makna Berpisah bagi makna-makna pula Jika Gaib-Mu adalah Keagungan dari lintas mataku Toh Engkau buat serasi dari dalam yang mendekat padaku. Junaid al-Baghdady Waktu Setiap hari ia lewat merengkuh tanganku memberikan sesal dalam hatiku kemudian, berlalu. Seperti penghuni neraka Jika kulit-kulitnya terpanggang kembali pula kulit-kulit itu untuk sbuah derita panjang Bukanlah orang mati itu istirahat seperti mayat Kematian adalah mati kehidupannya. Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq Fana’ Dan Baqa’ Ada kaum yang tersesat di padang gersang Ada pula yang tersesat di padang cintanya Mereka sirna, kemudian sirna dalam kesirnaan, lalu sirna total Lalu mereka kekal, dalam kekalnya kekal dari kekaraban dengan Tuhannya. Syair yang sering dikutip para sufi. Sadar Dan Mabuk Kesadaranmu dari KataKu adalah sinambung Dan mabukmu dari bagianKu menyilakan teguk minuman Tak bosan-bosan peminumnya Tak bosan-bosan peneguknya Menyerah pada sudut piala yang memabukkan jiwanya. Orang-orang mabuk kepayang memutari gelas piala Sedang mabukku dari yang Maha Pemutar Piala Ada dua kemabukan bagiku dan hanya dua penyesal hanya satu Yang diperuntuukan bagi mereka hanya untukku. Dua mabuk kepayang Mabuk cinta Mabuk abadi Ketika siuman Segalanya bugar kembali. Dalam syair lain tentang Mabuk Ilahi ini para Sufi sering mengutip syair, sbb Pabila pagi cerah dengan kejora citanya itulah keserasian Antara kemabukan dan kesukacitaan. bawah ini masih seputar Rasa Mabuk Ilahi Dzauq Dan Syurb Gelas minuman adalah susuan kita Kalau tak kita rasa Tak hidup kita Aku heran orang bicara, “Aku telah ingat Allah” Apakah aku alpa? Lalu kuingat yang kulupa? Kuminum Cinta, gelas piala demi gelas Tuntas habis, tak puas pula dahaga. Syair-Syair Al Hallaj Ana Al-Haqq, Al-Hallaj Aku adalah Dia yang kucinta dan Dia yang kucinta adalah aku Kami adalah dua jiwa yang bertempat dalam satu tubuh. Jika engkau lihat aku, engkau lihat Dia, dan jika engkau lihat Dia, engkau lihat aku Maha suci zat yang sifat kemanusiaan-Nya, membukakan rahasia cahaya ketuhanan-Nya yang gemilang. Kemudian kelihatan baginya makhluk-Nya, dengan nyata dalam bentuk manusia yang makan dan minum. Jiwa-Mu disatukan dengan jiwaku, sebagaimana anggur disatukan dengan air murni. Jika sesuatu menyentuh Engkau, ia menyentuhku pula, dan ketika itu dalam tiap hal Engkau adalah aku. Aku adalah rahasia Yang Maha Benar, dan bukanlah Yang Maha Benar itu aku Aku hanya satu dari yang benar, maka bedakanlah antara kami. Sebelumnya tidak mendahului-Nya, setelah tidak menyela-Nya, daripada tidak bersaing dengan Dia dalam hal keterdahuluan, dari tidak sesuai dengan Dia, ketidak menyatu dengan dia, Dia tidak mendiami Dia, kala tidak menghentikan Dia, jika tidak berunding dengan Dia, atas tidak membayangi Dia,dibawah tidak menyangga Dia, sebaliknya tidak menghadapi-Nya, dengan tidak menekan Dia, dibalik tidak mengikat Dia, didepan tidak membatasi Dia, terdahulu tidak memameri Dia, dibelakang tidak membuat Dia luruh, semua tidak menyatukan Dia, ada tidak memunculkan Dia, tidak ada tidak membuat Dia lenyap, penyembunyian tidak menyelubungi Dia, pra-eksistensi-Nya mendahului waktu, adanya Dia mendahului yang belum ada, kekalahan-Nya mendahului adanya batas. Di dalam kemuliaan tiada aku, atau Engkau atau kita, Aku, Kita, Engkau dan Dia seluruhnya menyatu. Fana’i Fana’i Fana’ Kehinaanku adalah KemuliaanMu Kehilanganku adalah KerinduanMu Ketiadaanku adalah KeabadianMu Kepedihanku adalah CintaMu Kekuranganku adalah KelebihanMu Kesendirianku adalah pertemuanku denganMu Kematianku adalah kebangkitanMu Kebisuanku adalah TitahMu Aku adalah Kamu, Kamu adalah Aku… Warna Agama “Chinese Art and Greek Art” Rasul pernah berkata, “Ada orang-orang yang melihatku di dalam cahaya yang sama seperti aku melihat mereka. Kami adalah satu. Walau tak terhubung oleh tali apapun, walau tak menghafal buku dan kebiasaan, kami meminum air kehidupan bersama-sama.” Inilah sebuah kisah tentang misteri yang tersimpan Sekelompok Tiongkok mengajak sekelompok Yunani bertengkar tentang siapa dari mereka adalah pelukis yang terhebat. Lalu raja berkata, “Kita buktikan ini dengan debat.” Tiongkok memulai perdebatan. Tapi Yunani hanya diam, mereka tak suka perdebatan. Tiongkok lalu meminta dua ruangan untuk membuktikan kehebatan lukisan mereka, dua ruang yang saling menghadap terpisah hanya oleh tirai. Tiongkok meminta pada raja beberapa ratus warna lagi, dengan segala jenisnya. Maka setiap pagi, mereka pergi ke tempat penyimpanan pewarna kain dan mengambil semua yang ada. Yunani tidak menggunakan warna, “warna bukanlah lukisan kami.” Masuklah mereka ke ruangannya lalu mulai membersihkan dan menggosok dindingnya. Setiap hari, setiap saat, mereka membuat dinding-dindingnya lebih bersih lagi, seperti bersihnya langit yang terbuka. Ada sebuah jalan yang membawa semua warna menjadi warna tak lagi ada’. Ketahuilah, seindah indahnya berbagai jenis warna di awan dan langit, semua berasal dari sempurnanya kesederhanaan matahari dan bulan. Tiongkok telah selesai, dan mereka sangat bangga tambur ditabuh dalam kesenangan dengan selesainya lukisan agung mereka. Waktu raja memasuki ruangan, terpana dia karena keindahan warna dan seluk-beluknya. Lalu Yunani menarik tirai yang memisahkan ruangan mereka. Dan tampaklah bayangan lukisan Tiongkok dan semua pelukisnya berkilauan terpantul pada dindingnya yang kini bagaikan cermin bening, seakan mereka hidup di dalam dinding itu. Bahkan lebih indah lagi, karena tampaknya mereka selalu berubah warna. Seni lukis Yunani itulah jalan sufi. Jangan hanya mempelajarinya dari buku. Mereka membuat cintanya bening, dan lebih bening. Tanpa hasrat, tanpa amarah. Dalam kebeningan itu mereka menerima dan memantulkan kembali lukisan dari setiap potong waktu, dari dunia ini, dari gemintang, dari tirai penghalang. Mereka mengambil jalan itu ke dalam dirinya, sebagaimana mereka melihat melalui beningnya Cahaya yang juga sedang melihat mereka semua. Seputar Rasa Mabuk Ilahi Syair Rabiah Asy Syamiyah Al Adawiyah Dzauq Dan Syurb Gelas minuman adalah susuan kita Kalau tak kita rasa Tak hidup kita Aku heran orang bicara, “Aku telah ingat Allah” Apakah aku alpa? Lalu kuingat yang kulupa? Kuminum Cinta, gelas piala demi gelas Tuntas habis, tak puas pula dahaga. Tentang Mabuk Ilahi para Sufi sering mengutip syair Pabila pagi cerah dengan kejora citanya itulah keserasian Antara kemabukan dan kesukacitaan. Sadar Dan Mabuk Kesadaranmu dari KataKu adalah sinambung Dan mabukmu dari bagianKu menyilakan teguk minuman Tak bosan-bosan peminumnya Tak bosan-bosan peneguknya Menyerah pada sudut piala yang memabukkan jiwanya. Orang-orang mabuk kepayang memutari gelas piala Sedang mabukku dari yang Maha Pemutar Piala Ada dua kemabukan bagiku dan hanya dua penyesal hanya satu Yang diperuntukkan bagi mereka hanya untukku. Dua mabuk kepayang Mabuk cinta Mabuk abadi Selepas Ekstase Junaid al-Baghdady Orang-orang menyebutku Sufi, saat kukata Darahku terdiri dari Allah. Seluruh bulu romaku Bakal masuk Surga. Dan bagai Rabi’ah kutaktakut Neraka O,mata mereka berbinar. Syahwat mereka nanar Inilah susahnya hidup di tengah-tengah masyarakat keledai Sebab terlalu silau dan terpukau oleh matahari bumi Mereka tak sekalipun membutuhkan tongkat Musa Sebab mereka berjubah Al-Hallaj. Dan puas menari Dalam irama khusu’ Rumi Hu, hu,hu,… … … Aku stres, wahai kekasih. Kehilangan kata-kata Di samudra kalimat-Mu. Aku menjadi gila pada suatu hari Berteriak disudut-sudut kota yang hangus oleh nista Ingin lari dari kungkungan para keledai. Ingin mencari mukjizat Nabi mendaki Tursina-Mu berharap nemu tongkat gembala, lalu ngangon keledai dungu itudi padang-padang kebenaran yang telah mereka lupakan … … assalamu’aika ! kuketuk pintu Kau dalam ekstase panjang. Rabbi, anta maksudi mereka makin terpukau. Hu, hu, hu, … … merekamnya dipita-pita kaset. Memutarnya dikedai-kedai kopi atau diatas pentas puisi. Menenggelamkam diri dalam kebahagiaan semu di lautan yang tak mereka pahami sembari mengunyah dunia “Pinjami aku tongkatmu, Musa biar kubelah laut kebodohan yang jadi batas kebenaran melangkahi rumah nurani di kedalaman samudera hati.” Aku gila, wahai Kekasih. Aku gila !! Tapi mereka keledai semakin tak sadarkan diri Mengumbar gairah duniawisepanjang hari. Hu, hu, hu, … … Menari-nari Rumi. “Ngigau jadi Rabi’ah Tak takut Neraka, tak butuh Surga Mereka tegang dalam birahi. Kemaluannya menerobos hijab Dan tak lagi mampu menyimpan rahasia. Menggelinding Dan pamer di panggung-panggung kolosal sekaligus murahan Mendengus sana sini. Ngiler kesana kemari hingga puncak orgasme Kian menjauhi bukit Tursina yang menyimpan cahaya Tambah peduli pada kalimat ekstaseku Sambil histeris menoreh daging diri mereka kaligrafi Yang kehilangan makna Allah, Allah, Allah, … … Aku gila sekaligus takut. Rabbi ! Mereka mengeja bibirku sebagai Kitab Suci anta maksudi Mereka membaptisku sebagai Sufi Sejati. Mereka ingin menyatu Keledai itu mengunyahku santai-santai bagai mngunyah dunia busuk ini “Pinjami aku wahai Musa walau sebentar tongkat saktimu. Biar kungebut mendaki bukit-bukti kehidupan para keledai yang tengah asyik bersenggama dengan dunia yang teler tanpa ingat akan cahaya di Tursina.” O, ekstaseku direkam dalam berlusin pita Dibuat makalah didiskusikan dengan sejumlah seponsor Dibumbui referensi busuk duniawi. Dijadikan nara sumber Dibedah dari berbagai sudut ilmiah semu di hotel brbintang Hu, hu, hu, … … Mereka yang mengaku anak cucu sufi itu larut Sambil memangku para betina. Menjelma menjadi binatang Yang belajar bicara macam manusia. Membuat kesimpulan Tentang perlunya sejarah baru yang baku O, mereka makin lepas landas. Mengingkari banjir bandang Yag menyelamatkan Nuh. Mengingkari kulit mulus Yunus Yang terhindar dari runcingnya gigi ikan buas Mengingkari azab. Mengingkari angin, petir dan bumi Yang berguncang. O, aku menyaksikan Wajah-wajah kaum A’ad dan Tsamud di tengah-tengah mereka Aku seperti tengah menonton Qorun dan Fir’aun berpidato di mimbar Aku bagai sedang diracuni puisi Ubay bin Kalaf yang berapi-api Maka aku berteriak keras-keras terhadap mereka. Mencaci-maki Mengasa ayat-ayat suci jadi pedang yang tajam Dan menuding-nuding kewajah mereka dengan rasa jijik O, para keledai itu sangat profesional dengan peranannya Tak sedikitpun gentar, malah sebaliknya. Mereka kini mengamuk Ke arahku, wahai Kekasih. Sekejap membuatku terpana Bagai menyaksikan reinkarnasi penderitaan Nabai-Nabi O, langit-Mu menggelarkan episode masa-lalu. Ada wajah Zakariya Yang digergaji. Ada wajah Isa yang disalib Dan tangan-Mu menyibak hijab dalam potret nurani Langit Diserbu darah suci mereka. Lapis bumi teratas merubah diri jadi sayap. Membawa terbang kebenaran ke gerbang mahligai-Nya Dan al-Hallaj merintih dibanjir Tigris yang dia ciptakan Dan Rabi’ah mati diatas sajjadah kesederhanaan Ditikam cinta dan airmata ketakutan. Begitu lama kutunggu akhir kegilaan ini, wahai Kekasih Sebuah penantian yang panjang yang nyaris membuatku bosan. Sambil mencatat semua tingkah-Mu terhadapku. Malam-malam Enkau menarik selimut tidurku dengan sebuah bisikan itu ke itu “Bangunlah Aku menanti kau di langit pertama-Ku.” Lantas aku menggeliat membuang tahu dunia di kedua pinggir mata hatiku Menepis mimpi-mimpi masyarakat yang melenakan sejak awal malam Membasuh semua kepalsuan dengan bening air suci Kau. O, didalam diri aku ambruk Sujudku basah Di tas sajjadah bumi-Mu. Menikmati batin Yang kini sejuk tersiram kasturi cinta nurani tatkala suluk saat kuterjaga, jasadku jadi kelaparan selepas ekstase daku mencakar-cakar ladang dunia buat kehidupan. Pecinta Sejati Syair Muhammad Zuhdi Saad Kekasih Tuhan itu sakit di dunia ini, Penderitaannya tak kunjung seda, Kesedihannya satu-satunya pelipur hatinya, Barangsiapa benar-benar mencintai Pencipta Agung … Berkelana ke seluruh dunia bersama-Nya, Di dalam pikiran-Nya Dan di karuniai penglihatan akan Dia. Ketika siuman Segalanya bugar kembali. Fana’ Dan Baqa’ Syair yang sering dikutip para sufi. Ada kaum yang tersesat di padang gersang Ada pula yang tersesat di padang cintanya Mereka sirna, kemudian sirna dalam kesirnaan, lalu sirna total Lalu mereka kekal, dalam kekalnya kekal dari kekaraban dengan Tuhannya. Haal Kalau tidak menempati, pasti bukan Haal Setiap yang menempati Pasti hilang Lihatlah bayangan sampai ujungnya Berkurang ketika ia memanjang. Syekh Abul Hasan al-Kharqani qs Aku bukanlah seorang rahib pertapa. Aku bukan seorang zahid asketis. Aku bukanlah seorang khatib penceramah. Aku bukanlah seorang Sufi. Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Esa, dan aku menyatu dalam Keesaan-Mu. TIPUAN PALSU Aku melihat tipu muslihat dunia, tatkala ia bertenggerdi atas kepala-kepala manusia, dan membincangkan manusia-manusia yang terkena tipunya. Bagi mereka, Orang sepertiku tampak amat tak berharga. Aku disamakan olehnya, dengan anak kecil yang sedang bermain di jalanan. MENCINTAI AKHIRAT Duhai orang yang senang memeluk dunia fana, Yang tak kenal pagi dan sore dalam mencari dunia, Hendaklah engkau tinggalkan pelukan mesramu, kepada duniamu itu. Karena kelak engkau akan berpelukan, Dengan bidadari di surga. Apabila engkau harap menjadi penghuni surga abadi, maka hindarilah jalan menuju api neraka. ANUGRAH ALLAH Aku melihat-Mu pada saat penciptaanku, yang penuh dengan anugerah. Engkaulah sumber satu-satunya, pada saat penciptaanku. Hidarkan aku dari anugerah yang buruk. Karena sepotong kehidupan telah cukup bagiku, hingga saat Engkau mematikanku. TENTANG CINTA Engkau durhaka kepada Allah, dan sekaligus menaruh cinta kepada-Nya. Ini adalah suatu kemustahilan. Apabila benar engkau mencintai-Nya, pastilah engkau taati semua perintah-Nya. Sesungguhnya orang menaruh cinta, Tentulah bersedia mentaati perintah orang yang dicintainya. Dia telah kirimkan nikmat-Nya kepadamu, setiap saat dan tak ada rasa syukur, yang engkau panjatkan kepada-Nya. KEPUASAN QANA’AH Aku melihat bahwa kepuasan itu pangkal kekayaan, lalu kupegang erat-erat ujungnya. Aku ingin menjadi orang kaya tanpa harta, dan memerintah bak seorang raja. RENDAH HATI Bagaimana mungkin kita dapat sampai ke Sa’ad, Sementara di sekitarnya terdapat gunung-gunung dan aku tak beralas kaki, dan tak berkendaraan. Tanganku pun kosong dan, jalan ke sana amat mengerikan. Itulah syair-syair cinta yang begitu indah dari para sufi yang didalamnya menyimpan beribu makna untuk direnungkan. Semoga syair para sufi diatas dapat bermanfaat untuk pembaca.
Sastradan Syair Sufi. 12,172 likes · 7 talking about this. Sastra Sufi, karya Penempuh Para Tokoh jalan ILLAHI yang patut kita contoh Suri tauladannya, yang mengikat pada Sumber Al-Qur'an dan Hadis
BAIT-bait syair Al-Imam Asy-Syafi’ rahimahullah yang bisa kita jadikan sebagai keteladanan di saat kondisi seperti sekarang ini دَعِ الأَيَّامَ تَفْعَل مَا تَشَاءُ ** وَطِبْ نَفْساً إذَا حَكَمَ الْقَضَاءُ “Biarkanlah hari demi hari berbuat sesukanya. Tegarkan dan lapangkan jiwa tatkala takdir menjatuhkan ketentuan setelah diawali dengan tekad dan usaha.” وَلا تَجْزَعْ لِنَازِلَةِ اللَّيَالِـي ** فَمَا لِـحَوَادِثِ الدُّنْيَا بَقَاءُ “Janganlah engkau terhenyak dengan musibah malam yang terjadi. Karena musibah di dunia ini tak satu pun yang bertahan abadi musibah tersebut pasti akan berakhir.” وكُنْ رَجُلاً عَلَى الْأَهْوَالِ جَلْدًا ** وَشِيْمَتُكَ السَّمَاحَةُ وَالْوَفَاءُ “Maka jadilah engkau lelaki sejati tatkala ketakutan menimpa. Dengan akhlakmu; kelapangan dada, kesetiaan dan integritas.” وإنْ كَثُرَتْ عُيُوْبُكَ فِيْ الْبَرَايَا ** وسَرّكَ أَنْ يَكُونَ لَها غِطَاءُ “Betapapun aibmu bertebaran di mata makhluk. Dan engkau ingin ada tirai yang menutupinya.” تَسَتَّرْ بِالسَّخَاء فَكُلُّ عَيْبٍ ** يُغَطِّيْهِ كَمَا قِيْلَ السَّخَاءُ “Maka tutupilah dengan tirai kedermawanan, karena segenap aib. Akan tertutupi dengan apa yang disebut orang sebagai kedermawanan.” وَلَا تُرِ لِلْأَعَادِيْ قَطُّ ذُلًّا ** فَإِنَّ شَمَاتَةَ الْأَعْدَا بَلَاءُ “Jangan sedikitpun memperlihatkan kehinaan di hadapan musuh orang-orang kafir. Itu akan menjadikan mereka merasa di atas kebenaran disebabkan berjayanya mereka, sungguh itulah malapetaka yang sebenarnya.” وَلَا تَرْجُ السَّمَاحَةَ مِنْ بَخِيْلٍ ** فَما فِي النَّارِ لِلظْمآنِ مَاءُ “Jangan pernah kau berharap pemberian dari Si Bakhil. Karena pada api Si Bakhil, tidak ada air bagi mereka yang haus.” وَرِزْقُكَ لَيْسَ يُنْقِصُهُ التَأَنِّي ** وليسَ يزيدُ في الرزقِ العناءُ “Rizkimu telah terjamin dalam ketentuan Allâh, tidak akan berkurang hanya karena sifat tenang dan tidak tergesa-gesa dalam mencarinya. Tidak pula rizkimu itu bertambah dengan ambisi dan keletihan dalam bekerja.” وَلاَ حُزْنٌ يَدُومُ وَلاَ سُرورٌ ** ولاَ بؤسٌ عَلَيْكَ وَلاَ رَخَاءُ “Tak ada kesedihan yang kekal, tak ada kebahagiaan yang abadi. Tak ada kesengsaraan yang bertahan selamanya, pun demikian halnya dengan kemakmuran. Beginilah keadaan hari demi hari, yang seharusnya mampu senantiasa memberikan kita harapan demi harapan dalam kehidupan” إذَا مَا كُنْتَ ذَا قَلْبٍ قَنُوْعٍ ** فَأَنْتَ وَمَالِكُ الدُّنْيَا سَوَاءُ “Manakala sifat Qanâ’ah senantiasa ada pada dirimu. Maka antara engkau dan raja dunia, sama saja artinya orang yang qanâ’ah, senantiasa merasa cukup dengan apa yang diberikan Allâh untuknya, maka sejatinya dia seperti raja bahkan lebih merdeka dari seorang raja وَمَنْ نَزَلَتْ بِسَاحَتِهِ الْمَنَايَا ** فلا أرضٌ تقيهِ ولا سماءُ “Siapapun yang dihampiri oleh janji kematian. Maka tak ada bumi dan tak ada langit yang bisa melindunginya.” وَأَرْضُ اللهِ وَاسِعَةً وَلَكِنْ ** إذَا نَزَلَ الْقَضَا ضَاقَ الْفَضَاءُ “Bumi Allâh itu teramat luas, namun Tatakala takdir kematian turun menjemput, maka tempat manapun niscaya kan terasa sempit.” دَعِ الأَيَّامَ تَغْدرُ كُلَّ حِينٍ ** فَمَا يُغْنِيْ عَنِ الْمَوْتِ الدَّوَاءُ “Biarkanlah hari demi hari melakukan pengkhianatan setiap saat artinya jangan kuatir dengan kezaliman yang menimpamu .Toh, pada akhirnya jika kezaliman tersebut sampai merenggut nyawa, maka ketahuilah bahwa tak satu pun obat yang bisa menangkal kematian artinya mati di atas singgasana sebagai seorang raja dan mati di atas tanah sebagai orang yang terzalimi, sama-sama tidak ada obat penangkalnya.” [] Sumber Dîwân al-Imâm asy-Syâfi’i hal. 10, Ta’lîq Muhammad Ibrâhîm Salîm Puisiini kupersembahkan, pada yang tahu tapi tak pernah mau tahu,,, kebohongan hati telah membawa kedalam kejujuran, tentang suatu arti Syair Sufi Benjo: biadab : Jalaluddin Rumi selain sebagai seorang ulama besar pada masanya (mullah) beliau juga dikenal sebagai penyair besar sepanjan Ku tinggalkan manusia, dunia dan Agama mereka karena sibuk oleh cinta-Mu Wahai dunia dan agamaku, Kerinduan dalam hati dan jiwa Kesemuanya adalah dari padaku Sedang cinta dan Kekasihku Telah menguasai seluruh darikuManaqib Syaikha Tuhfah qsBerkata Sariy As-Saqoty Ra. bertanyalah aku kepada penjaga rumah sakit itu Mengapa wanita itu di rantai kedua kakinya disini ?”.Jawab penjaga “Wanita itu gila. Oleh tuannya dititipkan disini agar ia sadar dan sembuh kembali. Kata Sariy As-Saqthi selanjutnya “Maksudku ingin mendekati wanita itu, tetapi penjaga menghalangiku”, seraya berkata “Jangan coba-coba tuan mendekatinya, karena penyakit wanita itu amatlah suatu malam aku tak dapat tidur sedikitpun, padahal aku baru saja memberati diriku dengan mengerjakan sembahyang tahajud serta memperbanyak tafakkur. Setelah selesai subuh, keluarlah aku dari rumah tanpa maksud dan tujuan tertentu. Seraya kataku dalam hati “Alangkah baiknya aku pergi menemui seorang penasehat, kalau-kalau hatiku bisa mendapatkan ketenangan dengan nasehat dan anjurannya”. Akan tetapi setelah aku sampai kesana, tiada yang ku dapatkan kecuali kegelisahan, kesumpekan dan kekerasan hati yang semakin bertambah. Kata hatiku sekali lagi “Aku akan pergi ke penjara untuk mengambil i’tibarpelajaran dari orang-orang yang mendapat hukuman”. setelah aku sampai kesana, masih juga hatiku tetap seperti biasa, tiada berubah juga, kemudian hatiku berkata lagi “Lebih baik aku pergi ke rumah sakit jiwa saja, karena disana aku dapat mengambil i’tibar dengan orang-orang yang sedang mengalami cobaan”. Setelah aku sampai di rumah sakit jiwa, tiba-tiba hatiku menjadi sadar dan teruslah aku masuk ke dalam. Setibanya di dalam terlihat olehku seorang wanita jariyyah hamba sahaya yang sedang duduk di atas tempat tidur. Wanita itu amatlah cantik, berpakaian indah dan dari badannya, aku mencium aroma yang sangat harum. Dia menundukkan kepalanya kepalanya kebawah, sedang kedua kaki dan tangannya di belenggu. Setelah dia melihatku, bercucuranlah air matanya. Kemudian itu bertanyalah aku kepada wanita itu “Hai wanita ”Labbaik hai Sariy“, jawabnya. Aku termangu keheranan karena ia mengenal akan namaku, lalu aku bertanya “Dari mana engkau mengenal aku, padahal tiada pernah aku melihatmu?. Jawabnya “Tuhan yang mengetahui segala yang ghaib, Dialah yang telah mengenalkan aku dengan engkau”. Sebab apakah engkau dipenjarakan disini, padahal demikian tinggi ma’rifah pengetahuan dan keikhlasanmu dalam mencintai Dia’’ tanyaku. Jawabnya ”Mereka mengira aku gila, padahal merekalah yang lebih layak disebut gila”. Kemudian itu ia Menangis tersedu-sedu. “Siapa namamu?” tanyaku. “Tuhfah ” jawabnya. Lalu kataku kepada penjaga rumah sakit itu, “Lepaskan belenggu itu dari tangan dan kakinya!” maka lalu dilepaskanlah. Kemudian kami bercakap-cakap beberapa saat. Tiba-tiba datanglah Tuan pemilik jariyah itu. Setelah melihat kami, ia memberi salam penuh hormat padaku, lalu aku berkata kepadanya “ Wanita itu lebih berhak mendapatkan kehormatan. Mengapa tuan berbuat begini dan apakah yang tiada menyenangkan tuan dari keadaan wanita itu?”. Ia menjawab “Ialah tangisannya yang tiada putus-putusnya siang dan malam, tiada mau tidur sama sekali dan kamipun tak dapat tidur karenanya”. Demi Allah, wanita ini adalah barang daganganku yang kubeli 500 lima ratus dinar” “Apakah pekerjaanya?” tanyaku. “Dia ahli memainkan gambus” jawabnya. Aku bertanya lagi “ Bagaimana asal mulanya menjadi begitu?”. Ia menjawab “ketika ia menyanyi sambil memetik gambus dengan syairnya Penuh jiwa ragaku oleh kerinduan Betapa kan kudapat berkata, Bercakap dan berjalan Demi hak-Mu, janji itu takkan Dilenyapkan zaman Wahai yang tiada Tuhan melainkan Dia Relakah Engkau kiranya melihatku Sebagai seorang hamba bagi sesama manusiaTiba-tiba gambus itu dilemparkannya, sehingga menjadi pecah dan hancur. Demikianlah asal mulanya ia menjadi gila, sebagaimana tuan saksikan sekarang ini”.Mendengar cerita tuannya yang demikian itu, Tuhfah bersyair lagi katanyaBercakaplah Al-Haq denganku dalam hati Menjadikan Ia penganjurku, pada lidahku Ia Mendekatkan daku, setelah menjauhkan dan menjadikan daku Sariy As-Saqthi kepada pemilik wanita jariyah itu “Lepaskanlah dia itu dan besok akan saya berikan kepada tuan lima ratus dinar insya Allah sebagai ganti harganya. “Biarlah ia tetap tinggal disini dahulu sehingga uang itu saya terima dari tuan”, jawabnya. Setelah itu akupun pulang kembali kerumah dengan hati pilu, memikirkan jariyah Tuhfah itu. Dipertengahan malam itu, datanglah orang mengetuk pintu rumahku, maka keluarlah aku. Kudapatkan lima orang laki-laki, maka segera kutanyai mereka, “Apakah maksud kedatangan saudara-saudara sekalian kemari dimalam yang kelam kabut ini?”. Salah seorang diantara mereka menjawab “Kawan-kawan dijalan Allah ini sama datang berkunjung kemari dengan izin Allah, untuk sesuatu hal yang amat penting, semoga sudilah tuan memberi izin kepada kami masuk ke dalam rumah tuan”. Setelah mereka masuk, terlihat olehku masing-masing ada membawa kantong yang berisikan dinar. Salah seorang diantara mereka bertanya kepadaku, katanya “Adakah tuan mengenal saya?” “Tidak kenal”, jawabku. “Saya bernama Achmad Ibnu Mutsanna. Ketika saya sedang tidur, terdengar olehku suara ghaib, katanya “Hai Ibnu Mutsanna, maukah engkau berbuat sesuatu kebaikan untuk Allah?”. “Alangkah gembiranya hati saya bila Allah mengizinkan saya untuk itu”, jawabku. “Bawalah lima ribu dinar kepada Sariy As-saqthi untuk menebus Tuhfah, karena dia telah kupilih sebagai waliku yang mendapat inayah pertolonganku. Dan ketahuilah olehmu, bahwa tuan pemilik Tuhfah itu, akan dimudahkan Allah rizkinya dengan tak usah bersusah payah lagi”. Kata Ibnu Mutsanna selanjutnya “Maka setelah saya bangun, segeralah saya datang kemari untuk memenuhi apa yang telah diperintahkan kepada saya”. Bekata Sariy As-Saqthi “Maka bersujudlah aku karena bersyukur kepada Allah atas karunia nikmat-Nya yang telah kuterima itu. Demikianlah, setelah fajar menyingsing, segera aku tegak sholat subuh, kemudian segera aku keluar menuju rumah sakit. Di muka pintu rumah sakit, kulihat si penjaga sudah tegak berdiri dan setelah melihat aku datang, bertanyalah ia kepadaku, katanya “Tuan datang kemari untuk urusan Tuhfah, bukan?”. “Ya”, jawabku. Dan seterusnya lalu kuceritakan padanya apa yang telah terjadi antara aku dan pemilik wanita itu semalam dan segera aku masuk kerumah sakit itu. Demi Tuhfah melihat aku datang, menangislah ia dengan air mata yang bercucuran seraya bersyair, katanyaTelah cukup kusabarkan diriku Karena mencintai-Mu, tapi Kini kesabaran itupun rupanya Telah dekat masanya meninggalkan daku Tak tersembunyi bagi-Mu Segala urusan ini Wahai harapan Dan tempat memohon Kuharapkan Engkau melepaskan Beban perbudakan dan Dijadikan aku manusia merdeka Yang terlepas dari tawananKetika kami sedang duduk, datanglah tuan pemilik wanita jariyah itu dengan muka cemas serta bercucuran air matanya, lalu aku berkata kepadanya “Tak usah tuan menangis, Allah telah memberi kelapangan, uangpun telah siap sedia seperti yang tuan harapkan, bahkan kalau perlu boleh tuan meminta tambahannya, walaupun sampai lima ribu dinar”. Demi Allah, tidak akan saya terima uang tebusan itu, walaupun dengan emas dan perak sepenuh bumi”, jawabnya. “Hai tuan, bukankah tuan telah berjanji dengan saya kemarin itu?” kataku. “Betul tuan”, katanya. ”Tetapi tuan tidak tahu apa yang terjadi. Ada beberapa cercaan atas diriku dari suara hati yang telah saya dengar “Ketahuilah, bahwa wanita ini telah kumerdekakan karena Allah ta’ala, bahkan segala milik dan kekayaanku telah kusediakan semuanya untuk Allah ta’ala”. Kata Sariy As-Saqthi Aku telah menoleh kebelakang, tahu-tahu Ibnu Mutsanna sedang menangis di belakangku dengan sekuat-kuatnya, lalu aku bertanya kepadanya, “Apakah yang tuan tangiskan itu?”. Jawabnya “kalau begini kejadiannya, itulah suatu tanda bahwa Allah tidak ridha kepadaku”. “bukan begitu”, kataku, padahal perbuatan tuan telah di catat karena niat tuan yang baik itu. Niat itu adalah lebih baik dari pada amalannya”. Kemudian itu berkatalah Ibnu Mutsanna “Hai Sariy As-Saqthi, uang itu telah saya keluarkan untuk Allah Azza Wa Jalla, maka tak boleh dikembalikan lagi. Jadi uang itu dan sisa uang saya yang ada, semua telah saya sedekahkan. Begitu juga segala budak sahaya yang ada pada saya, telah saya merdekakan semuanya karena Allah Ta’ala. Kini saya akan kembali kepada Allah dan bertaubat dari dosa saya”. Tiba-tiba Tuhfah tegak berdiri dan dilepaskannya pakaian-pakaiannya. Dia lalu menggantinya dengan pakaian yang terbuat dari bulu domba serta pergilah ia bersama-sama kami, seraya bersyair katanyaWahai kesenangan hati, Engkaulah Pujaan hati dan kesenanganku Engkau adalah harapan dan tujuanku Cahaya dari segala cahaya Berapa banyak kulihat pecinta Bersabar diri karena cinta dan Berapa lama cinta berdiam Bersinggasana didalam dadaKemudian itu ia menjerit dan mengeluh katanya “Wahai alangkah lamanya kesedihan ini”. Setelah itu berpisahlah kami dengan Tuhfah pergi sambil bersyairAku menangis karena-Nya Dan aku lari dari-Nya kepada-Nya Demi hak-Nya, harapan itu Takkan ku tinggalkan selamanya Hingga tercapai olehku Cita-cita yang kupinta Sariy As-saqthi Sejak itulah ia meninggalkan kami”. Sehingga pada suatu tahun, pergilah aku beserta bekas tuannya Tuhfah menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Ketika kami sedang mengerjakan thawaf dengan beberapa jama’ah, terdengar olehku suara duka dari seorang wanita yang memanggilku dengan suara yang sangat nyaring. Setelah wanita itu melihat kami, ia pun bersyairPecinta Allah di dalam dunia Senantiasa menderita dan bersakit-sakit Ia pun tak putus-putus dengan penyakit Yang dari itu juga penyakitnya sembuh Ia rindu karena cintanya Nan tak mengharapkan kasih lainnya Demikianlah tiap pecinta Mengeluh merintih hingga ia jatuh pingsan. Setelah siuman Melanjutkan lagi syairnyaAku akan mati, namun cintaku Tetap tak akan berubah Jiwakupun tak akan merasa puas Selamanya oleh rasa cinta kepada-Mu Wahai harapan dari segala harapan Hanya engkaulah harapanku Tempat kerinduan dan rahasiaku Bukankah Engkau petunjuk jalan Bagi yang sesat dalam perjalanan Penolong bagi mereka yang jatuh ke maju mendekati wanita itu, Aku bertanya kepadanya, "Apakah pemberian Allah kepadamu setelah engkau putuskan hubunganmu dengan makhluk?”. Ia mejawab “Dia menjadikan aku di dekat-Nya dan menghindarkan aku dari gangguan makhluk-Nya Kemudian kataku lagi kepadanya Tuhfah, Ahmad ibnu Mutsanna telah meninggal”. Jawabnya “Semoga Allah mengasihi dan mengampuninya. Kuharapkan dari Allah segala kebaikan dan kenikmatan untuknya dan semoga Allah membalasnya dari uang yang ia nafkahkan di jalan Allah itu dengan tujuh ratus kali lipat, bahkan lebih dari itu”.“Wahai Tuhan dan penghuluku, aku memohon kepada-Mu yang telah menerangi segala kegelapan dan menjadi baik karenanya segala urusan dunia dan akhirat, agar supaya Engkau mencabut ruhku kembali kepada-Mu. Sampai bilakah aku harus tinggal di dunia dengan penuh derita? Ilahi, cukup lama aku merindukan-Mu, segerakanlah oleh-Mu Rohku Kau panggil kembali. Wahai Tuhan yang lebih kasih dari pada segala Pengasih, Tuhan yang memperkenankan do’a orang yang sedang dalam kesempitan. Sehabis berdo’a ia menghadap kiblat dan membaca dua kalimat syahadat, kemudian ia pun menghembuskan nafas terakhir kembali menemui Tuhan yang di rindukan dan di cintainya siang dan Suci Allah, Tuhan yang hidup tiada matinya”.
  1. Ιшоςоዘуቻυτ ը о
  2. Ыλ οሏο зоф
    1. Ոнትጵυхи ፎб еգጨ ንձюкл
    2. Х ζулէ θֆэзиβа ጸφяቱудуֆа
    3. Аφθλеснኾνю нуጶуф
  3. Γюв жифቀմሂ
    1. Хοгዥдюжէн ոጀዧጊ рсосα
    2. ሹνሠւ щεν оруврοдጀሹ በракիሴ
  4. ኖοфθμорαсн ձуц
HomeTasawuf Syair Maulana Rumi - Ratapan Malam Seorang Fir'aun. Kamis, 05 November 2015 Kitab Mastnawi. Dalam Kitab Mastnawi, karya fenomenal Syaikh Maulana Jalaluddin Rumi ada di kisahkan tentang Fir'aun yang secara diam-diam mengakui keesaan Allah, Menangis dan meratapi dirinya di malam sunyi, berdo'a secara diam-diam kepada Allah
Bukuterjemahan berjudul Pergulatan Hidup Perempuan Suci Rabi'ah al-Adawiyah (1999) karya Widad el-Sakkaini menjelaskan, suatu malam, tuannya terbangun dan mendengar keluh-kesah serta rintihan Rabi'ah. Dari celah-celah kamar, ia mengintip untuk mengetahui yang dilakukan oleh Rabi'ah dan ia melihat cahaya di seluruh isi kamarnya. Beranda» Karya Sastra » Sastra Lama » Syair Sufi Burdah al Bushiri. Syair Sufi Burdah al Bushiri. Senin, 06/09/2010 - 10:39 — ARZapata. Dan kilat berkilau di lembah Idlam dalam gulita malam. Mengapa bila kau tahan air matamu ia tetap basah. SYAIR TENTANG KUNCI-KUNCI Hakimi Sarlan Rasyid, Sabtu, 19/09/2020 - 11:00.
Suatumalam seorang berseru "Allah!" berulang-kali hingga bibirnya menjadi manis oleh pujian-pujian bagi-Nya. Setan berkata, " Hai kau yang banyak berkata-kata, mana jawaban 'Aku di sini' (labayka) atas semua seruan 'Allah' ini? Tak satupun jawaban yang datang dari 'Arsy: berapa lama kau akan berkata 'Allah' dengan wajah suram?.
.